71% Manajer Investasi Prediksi Stagflasi dalam 12 Bulan ke Depan, Rupiah dan Ekspor Terancam
JAKARTA, BAMSOETNEWS.CO.ID — Survei terbaru Bank of America (BoA) mengungkapkan bahwa 71% manajer investasi memprediksi stagflasi—kondisi inflasi tinggi di tengah pertumbuhan ekonomi yang melambat—akan melanda ekonomi global dalam 12 bulan ke depan. Kekhawatiran serupa juga disampaikan oleh analis Stifel, BCA Research, dan UBS Global Wealth Management.
Bagi Indonesia, ancaman ini berpotensi memperburuk tekanan pada nilai tukar rupiah, mempersulit refinancing utang, dan mengurangi minat investor asing di pasar modal.
Tanda-Tanda Stagflasi Sudah Terlihat
Ekonom Budi Frensidy menyatakan bahwa indikasi stagflasi mulai terlihat dari data manufaktur AS, yield obligasi 10 tahun, dan kebijakan suku bunga The Fed yang tetap tinggi. “Aliran modal dari pasar emerging seperti Indonesia ke AS semakin kuat, membuat rupiah tertekan,” ujarnya sebagaimana dikutip dari KONTAN.
Sementara itu, Yanuar Rizky dari Bright Institute menambahkan bahwa kenaikan harga emas dan tembaga menjadi sinyal lain. “Hedge global sedang bersiap menghadapi inflasi dan ketidakpastian ekonomi,” jelasnya.
Langkah Mitigasi Pemerintah Diperlukan
Noor Faisal Achmad dari BKF Kemenkeu menekankan pentingnya menjaga daya beli masyarakat dan stabilitas sektor usaha. “Pemerintah dan otoritas moneter harus berkoordinasi untuk mencegah lonjakan pengangguran,” katanya.
Yanuar Rizky juga mengingatkan agar Indonesia belajar dari krisis Asia 1998 dan Bangladesh 2024. “Pemerintah harus proaktif menciptakan kepercayaan pasar dan mencegah konflik sosial yang memperburuk situasi,” tegasnya. (BSN-01)